Thursday, April 19, 2012

Our heart

Like a stone I am quiet
looking around you

must do something that I did'nt like it
and you just show me the nature and all of her beauty

I like when you look those people
who playing around the oak tree
with all those laughing
with all those joking
and you and me didn't do that
just looking every laugh and joke

just the sunshine can understand me and you
just starlight can make me and you comfort

everything is so deep
everything is so dark
but you and I have got the deepest and the darkest one
Our Heart

Sunday, April 15, 2012

putih

Tanpa beban
tanpa pikiran berat
dengan kekayaan mimpi yang tak terbatas

berlari kecil menyusuri jalan
melompat riang
menerobos semak-semak
membayangkan adanya gunung,laut dan petualangan khayalan

Aku berhenti sejenak
memandangimu
memandangi pancaran terang bola matamu
terkagum mendengar tawa lepasmu
yang bahkan setanpun akan miris mendengarnya

tawa suci seorang anak
celotehan sabda seorang balita
kesempurnaan tindakan seorang bocah kecil
membuatku memandang langit
tersenyum kecil
dan kemudian ambruk ke tanah

keinginan

saat menemukan kebahagiaan
seperti angin semu yang membelaiku
memberikan kesejukan yang hanya sesaat
melayangkan pikiranku ke awan khayalan

saat ini aku berada
di antara batas ambang kenyataan dan khayalan
mencoba menerobos keluar
tetapi aku tak mampu

mungkin sekarang aku hanyalah sebutir debu
yang diombang ambingkan ke sana kemari oleh angin kehidupan
yang tak bisa melawan kemana nasib akan membawaku

aku ingin memberontak
memberontak dari khayalan dan kenyataan yang kualami
berlari kencang menerobos angin badai yang menghalangiku
mendobrak gerbang pikiranku
dan tertawa lepas saat hujaman pisau belati menusuk jantungku

Saturday, April 14, 2012

alam dengarlah puisiku

satu puisi bersahaja
yang ditulis oleh seorang yang hina

melambangkan sejuta makna
dalam barisan pendek kata-kata

melayang penaku berkumandang
menggoreskan isi cerita kehidupanku

hai alam lihatlah
hai bulan dengarlah
hai bintang simaklah

aku bercerita bukan kenapa
hanya ingin berkeluh kesah
kepada alam
kepada bulan
kepada bintang
tapi tidak kepada matahari yang dengan sombongnya memanggangku
memanggangku dalam kesengsaraan makna dan cerita
tentang kesengsaraanku

ketika cinta datang

ketika cinta datang
langit begitu kelam dengan setitik cahaya bintang

ketika cinta berkumandang
hanya ada satu suara seruling yang mengiringinya
mengiringi di tengah malam gelap
memberikan sejuta makna yang tak terperi
dinaungi satu bintang biru yang indah berkelip

seruling dengan suaranya yang jernih
memecahkan lamunan hidupku
menenggelamkan hatiku
dalam rasa tenang, damai, dan syahdu

ketika cinta datang
oh bintang kemarilah
peluklah aku dengan sinarmu
sapalah aku dengan kerlip indahmu
dan restuilah aku dengan tertutupnya engkau oleh awan malam

runtuhnya tekad

ketika samar menghilang
seraut wajahku dingin membeku
menambah kesejukan dari kawanan serigala yang kelaparan


aku adalah aku....
sejuta hardikan mampu menggoyahkan langkahku
sejuta cemoohan mampu membenamkan aku
tekadku ambruk
tekadku runtuh ke dalam pelukanmu

mataku dingin
wajahku dingin
tanganku mengepal
mulutku kelu tak mampu berkata kata

segala yang ada pada diriku hanyalah awan putih
yang menanti terpecah
membiarkan sang matahari
memberikan sinarnya pada semua yang kuselimuti


Friday, April 13, 2012

puisi abu-abu

Seorang malaikat bersayap iblis
ataukah seorang iblis bersayap malaikat

melayang cepat menuju mimbar
acungan kepalan seakan menembus langit
suara lantang menggelegar bagaikan hendak membelah bumi
menyuarakan segala ungkapan hati rakyat
dengan palu godamnya
yang seakan mampu menjungkirbalikkan singgasana para dewata

Yang manakah rakyat???
di antara sejuta keinginan pribadi mereka
di antara sejuta keinginan sederhana
yang hendak kausatukan dalam bulat suaramu

Satu berseri lain tersakiti
itulah fenomena
Satu menangis yang lain meringis
itulah keadaan

keadaan yang tak kunjung datang di sela hari hujan
keadaan yang tak kunjung membaik di sela hari yang panas
dan keadaan yang tak kunjung reda di sela hari yang mulai senja

wanita malam

wanita malam
wanita cantik yang terhakimi
terhakimi oleh waktu
terhakimi oleh hidup
terhakimi oleh manusia

wanita malam
terbang di sela-sela awan hitam
tak pernah berselimut hangat mentari

angin malam menunduk di hadapanmu
bintang-bintang mengedip kepadamu
saat semua hewan malam bernyanyi riang
kau menyampaikan eranganmu

sembilu menancap di palung hatimu
menggores jantungmu
melukai apa yang disebut nuranimu
segala yang tersamar di balik kabut tebalnya malam



Tidurku

Mengingat tentang seribu ular beludak
yang diam tak bergerak
berbaring di sisiku
yang bermimpi tentang hilangnya sang waktu

tidurku nyenyak
walaupun seribu ular di sisiku ak tetap terlelap
hening
bagaikan daun yang tenang ditiup semilir angin malam

seribu ular mencoba menggigit
memecahkan saluran darahku
menyuntikkan ribuan racun mereka yang sempat mematikanku
tapi aku tetap hidup
walau hanya hidup di sela dengkuranku

entah mimpi tentang perang
entah mimpi tentang adanya percintaan
entah mimpi tentang berlayar membelah laut kehidupan
mimpi itu membuatku kebal terhadap semua hal

Tidur aku terlelap
di sela-sela kumpulan ular beludak
di sela-sela sepi
di sela-sela waktu
yang akan membawaku mengalir mengarungi tidur panjangku

Wednesday, April 11, 2012

kurcaci

Entah bajingan seperti apa
Entah bangsat seperti apa
yang sanggup mencabut pohon besar dari tanah
beserta semua akar-akarnya yang kuat

aku bukan seorang raksasa
yang bisa membuatmu merasa takut

tapi aku hanyalah kurcaci kecil
yang selalu setia menggelitik kakimu
menancapkan tombak-tombak kecilku
yang membuat kau tak bisa berdiri tegak
sedetikpun

mawar mengandung duri
ularpun berbisa
jangan kira aku tak beracun
racunku lebih mematikan daripada racun kalajengking
lebih mematikan dari gabungan racun seribu ular kobra
cukup untuk membuatmu lebih dari sekedar mati

Angkuh

buanglah tanganmu
buanglah segala keangkuhanmu

apabila matahari masih bersinar terik
aku harap dia bisa membakarmu
membakar hingga ke dalam jiwamu
membakar hingga tak ada lagi pandangan sejuk dari kedua bola matamu

mungkin hanya angkuhnya malam yang sanggup mengatasi keangkuhanmu
membawamu dalam kesunyian
membawamu dalam lara
mengendapkanmu dalam sejuta borok yang memenuhi kehidupanmu

awan masih berarak
gelombang angin masih beriring
dan selama kedua tangan dan kakiku masih utuh
aku sanggup menggoncangkan dunia
dengan segala keangkuhannya


nostalgia kawan lama

segelas teh untukmu kawan
mungkin bisa membuatmu sejenak di sini
melupakan segala masalah yang tlah lalu
melupakan segala konflik politik dan tetek bengeknya

kemarilah kawan
kita bercengkrama seperti dulu
seperti saat angin damai masih menghembusmu dengan begitu indah
seperti langit senja yang masih sanggup menentramkan hatimu

20 tahun lalu...ya.....20 tahun lalu
kita duduk berdua...
menceritakan segala petualangan kita...
tentang sekawanan serigala yang menjajah ibukota
tentang segerombolan burung yang terbang bebas di angkasa
bahkan tentang sekumpulan monyet-monyet liar yang bercanda ria di atas pohon

sampai kini kawan.....
semuanya belum berlalu...
kita masih seperti dulu
saat angin damai dan udara petualangan mengalir di dalam darahmu
saat kebebasan menyelimuti hatimu
saat tak ada keluh kesah yang membuat kepalamu botak
saat tak ada berbagai hantaman kehidupan yang menggambar setiap kerut di wajahmu
saat kita masih bisa disebut
Kawan

ow....dewi

mencerminkan sejuta bayang....
menentramkan sejuta keindahan...

bila anjing-anjing itu menggonggong
maka aku tahu bahwa engkau akan datang

menarikku dari sejuta mimpi
memelukku dari lara yang mengendap hingga ke ujung jiwaku

bila senja temaram...ah....
mungkin akan semakin galau hatiku....
mengkiaskan sejuta keindahan rasaku.

bila aku muncul di hadapanmu seperti ini
apakah engkau akan berpaling???

bila sejuta rasaku kuungkapkan
apakah engkau akan membuang segala manismu.
apakah engkau akan membuang semua keindahan itu

bersama angin aku berbisik
bersama bayang aku merana
bersama pasir di lautan aku mengendap laraku

apabila sumur-sumur tua masih menyimpan sejenak kesejukan
apabila sumur-sumur tua masih menyimpan kehidupan
aku tetap tak mengerti
aku tetap tak paham

angin menderu seakan tahu
daun-daun berbisik seakan mengerti
sejuta rasaku yang kupersembahkan
kepada Dia yang menciptakanmu