Sejuta lelap
membayang di setiap helaan nafasku
keringnya hati semakin menjadi
saat cuaca tak lagi bersahabat kepadaku
melayang jauh di batas langit
seberkas sinar yang aku tak tau berada dimana...
penantianku tak kunjung terjawab
hanya bayang samar yang manampakkan diri kepadaku
awan tak berbentuk seakan menggodaku
menggelitik lubuk hati dan pikiranku
galau kurasa kini
tapi tak tahu apa penyebabnya
kicau burung tak lagi terdengar
bahkan rintik hujan seakan tiada.......
Tuesday, March 5, 2013
Sunday, March 3, 2013
impian kosong
hisaplah rokok itu dalam-dalam
seakan-akan engkau akan mati sebentar lagi
sejuta kenikmatan yang tersembunyi
dibalik tangis dan derai kemarahan yang menghujam'mu
ketika aku duduk dan termenung oleh impian-impian indah
impian indah yang selama ini membelengguku
impian yang tak kunjung datang walau terus menerus kukejar
dan keributan di dasar hati yang kuperoleh
bukanlah sesuatu yang patut dan layak ditangisi
bawalah aku terbang ke awan
dimana sejuta harapanku tertaut di sana
bawalah aku ke dasar lautan
mencari bermacam impian yang telah terkubur dalam
bukan aku yang harus menangis
aku hanya harus bergembira
aku hanya harus terus mengejar
aku hanya harus terus berlari
memimpikan semuanya dapat terwujud
walau tak tahu dimana sang waktu telah menyembunyikannya
ketika jutaan sembilu tertancap di kakiku
aku harus terus mengejarmu
sampai aku menangkap dan menghempaskanmu ke tanah
dan aku akan menusukmu dengan pisau berkarat
karat dari segala penantianku selama ini
agar engkau mengerti
aku tidak suka kaupermainkan
seakan-akan engkau akan mati sebentar lagi
sejuta kenikmatan yang tersembunyi
dibalik tangis dan derai kemarahan yang menghujam'mu
ketika aku duduk dan termenung oleh impian-impian indah
impian indah yang selama ini membelengguku
impian yang tak kunjung datang walau terus menerus kukejar
dan keributan di dasar hati yang kuperoleh
bukanlah sesuatu yang patut dan layak ditangisi
bawalah aku terbang ke awan
dimana sejuta harapanku tertaut di sana
bawalah aku ke dasar lautan
mencari bermacam impian yang telah terkubur dalam
bukan aku yang harus menangis
aku hanya harus bergembira
aku hanya harus terus mengejar
aku hanya harus terus berlari
memimpikan semuanya dapat terwujud
walau tak tahu dimana sang waktu telah menyembunyikannya
ketika jutaan sembilu tertancap di kakiku
aku harus terus mengejarmu
sampai aku menangkap dan menghempaskanmu ke tanah
dan aku akan menusukmu dengan pisau berkarat
karat dari segala penantianku selama ini
agar engkau mengerti
aku tidak suka kaupermainkan
Sunday, February 17, 2013
War
War
Dengan Semburat Darah merah
mengucur deras dari langit Jatuh ke tanah
Aku termenung
menatap sungai yang penuh bergelimpangan mayat
menatap rerumputan yang telah berubah
menjadi lebih hitam
tercampur abu dan mesiu kehidupan
Kulihat erangan-erangan kesakitan
dari mereka yang telah tertancap peluru keserakahan di dadanya
dari mereka yang telah tertanam pedang kemunafikan di perutnya
dari mereka yang telah digorok oleh belati kesenjangan
yang tak ada lagi belas kasihan
dalam medan peperangan melawan kehidupan.......
Ketika tinggal anjing-anjing
yang menggerogoti tulang
mencabik daging
dan akupun begitu
aku mencari sisa-sisa dari kejamnya medan peperangan
dalam kehidupan yang telah merayakan kemenangannya......
Saturday, February 16, 2013
Amarah Sang Waktu
Waktu mengejarku
dengan amarah yang luar biasa
dengan kecepatan yang tidak masuk akal
memburuku dengan nafsu membunuhnya
Waktu menangkapku
tak memberiku kesempatan untuk berkata-kata
Ia menghempaskan aku terjerembab ke tanah
mengingatkanku bahwa aku telah membuatnya mencapai murka
Waktu menusukku
dengan sembilu yang dipanggil Detik
dengan pedang berjuluk Menit
dan dengan ledakan senapan yang bernama Jam
hingga aku dipaksa dan dipenjarakan Hari
disiksa perlahan oleh Bulan demi Bulan
dan dibunuh oleh Sang Tahun
Waktu membunuhku
menelan setiap inci kehidupanku
dia sama sekali tak memberiku ruang
untuk mengucapkan selamat tinggal
Waktu telah berubah menjadi amat kejam
kepadaku........
dengan amarah yang luar biasa
dengan kecepatan yang tidak masuk akal
memburuku dengan nafsu membunuhnya
Waktu menangkapku
tak memberiku kesempatan untuk berkata-kata
Ia menghempaskan aku terjerembab ke tanah
mengingatkanku bahwa aku telah membuatnya mencapai murka
Waktu menusukku
dengan sembilu yang dipanggil Detik
dengan pedang berjuluk Menit
dan dengan ledakan senapan yang bernama Jam
hingga aku dipaksa dan dipenjarakan Hari
disiksa perlahan oleh Bulan demi Bulan
dan dibunuh oleh Sang Tahun
Waktu membunuhku
menelan setiap inci kehidupanku
dia sama sekali tak memberiku ruang
untuk mengucapkan selamat tinggal
Waktu telah berubah menjadi amat kejam
kepadaku........
Subscribe to:
Posts (Atom)